Social Icons

Sabtu, 01 September 2012

Namanya Sofi

            "Terima kasih tuhan...
            Kau memberiku kesempatan untuk menjalani hidup
            bersama orang-orang yang sangat luar biasa
            Dengan penuh cinta, hidupku berasa sempurna..."

           
           
Gadis itu biasa dipanggil Sofia. Tapi teman dekatnya sering memanggilnya Sofi. Gadis yang mencoba dewasa dengan segala bentuk perubahnnya. Ia bukan seorang Guru Musik yang ahli dalam menerjemah segala bentuk notasi melodi, membahasakan rahasia dalam bentuk simponi. Ia juga bukan wanita ahli matematika, yang siap memainkan jarinya untuk belajar angka-angka bahkan ia juga bukan penyair yang setiap hembusan nafasnya mengalun kata-kata. Ia hanya wanita yang sedang mencari jati diri untuk perjalanan hidupnya. Memerangi sejuta tanda tanya, melampaui ribuan konotasi yang bermakna. Dialah Sofia , Sofia Amrina Rosada
         

Gadis ungu muda #1

Sore itu Sofi pergi ke sebuah gubuk di mana ia biasanya menyendiri, meluapkan segala emosi dan menceritakan semua keluh kesahnya pada tuhan. Membawa buku catatan kecil berwarna ungu muda, di tangannya sudah tergenggam pena berwarna biru tua yang sering ia gunakan untuk untuk tulisannya. Sebenarnya sore itu, dia pergi ke rumah Ratna buat ngerjain tugas kuliah. Namun, karena Ratna ada janji dengan sang pacar terpaksa Sofi harus mengalah dan batal buat ngerjain tugas bareng.
        Lautan mega merah waktu itu, seperti kurcaci yang sedang berbaris menyambut kedatangan putri tidur. Menyapu awan dengan bijaksana dan memancarkan sinar berpadu dengan anggunnya matahari menuju singgasana. Sofi terus menatap ke arah bunga yang sedang dihinggapi kupu-kupu berwarna merah jambu. Tak lama kemudian, dia memulai memanikan penanya.


Bagaimana aku bisa meyakinkanmu,
Ketika kamu tak bisa membuatku yakin.
Bagaimana aku bisa mencintaimu,
dengan caramu yang tidak adil.
bagaimana aku bisa menyikapimu,
dengan caramu yang meracuni pola fikirku

        Tiba-tiba mata Sofi tak sanggup menahan air mata yang memaksa untuk keluar. Banyak hal yang belum bisa ia luapkan sore itu. Masalah demi masalah yang Sofi sebenarnya hadapi, membuat  dada ia sesak karena begitu berat. Tapi ia selalu mencoba untuk tegar, karena hidup bukanlah untuk mengeluh untuk sebuah masalah sepele yang pasti ada jalan keluarnya.
            Hap... , Sofi meloncat dari tempatnya ia duduk. Letak gubuk itu terlalu tinggi untuk menyangga tubuh kecilnya. Sesaat kemudian, langkahnya mengayun menuju  jalan yang membawanya pulang. Menyusuri persawahan, gang kecil yang masih berbau lumpur serta rumput ilalang yang seolah menari menemani Sofi waktu itu.
 
 
Blogger Templates