Social Icons

Senin, 01 Oktober 2012

Malam Untuk Bintang #3

Suasana di bukit  itu sudah mulai tercium. Jagung bakar, kopi jahe dan hawa dingin mencubu kulit Sofi yang waktu itu memakai jaket tipis. Lampu-lampu kota yang sudah terlihat seperti semut membawa obor api. Berjejer rapi, jalanan kota sepintas seperti garis lurus berwarna merah kekuning-kuningan. Pemandangan itu begitu indah, seindah hati Sofi bisa bersama Azil malam itu.
Sesampainya di tempat tujuan, Azil seger mamarkirkan motornya. Dan mereka berjalan beriringan bak pengantin yang baru diiring menuju singgasana. Menuju sebuah beton yang sudah tertata rapi di bibir jurang. Sambil menghadap lautan cahaya keemasan di jantung kota. Semua terlihat jelas dari atas sini. Barisan lampu itu membuat anggun pemandangan malam, berselimut hawa dingin yang menusuk kulit. Sesekali Azil menatap sofi dengan pandangannya yang tajam, namun ketika Sofi melihat Azil seketika itu dia menyembunyikan tatapannya. Bak pencuri yang segera menyembunyikan barang  curiannya. Sofi hanya tersenyum melihat tingkah aneh Azil.
Mereka berdua duduk bersampingan dengan jarang tiga jengkal. Bulan dan bintang pun ikut memperhatikan kisah mereka berdua, bertahta megah di lautan yang malam itu begitu sempurna. Bercerita dengan penuh canda tawa, teradang mereka harus berbisik untuk memberitahukan sesuatu yang rahasia. Tiba-tiba tangan Azil menunjuk ke sebuah titik yang Sofi mencoba paham. Mencoba menggapai setiap apa saja yang sedang di tuju oleh jemari Azil. Sofi tak luput dari gerakan tangan Azil, menuju ke sebuah titik yang begitu jauh.
“Di sana Rumahku”, telunjuk Azil berhenti di sebuah baris lurus mengitari lampu kota.
Itu hanya guyonanan Azil untuk menghangatkan suasana, Mereka bisa tertawa lepas. Hanyut dalam melodi romantika anak muda.
        Waktu itu begitu singkat, Sofi dan Azil pun mengundurkan diri dari tongkrongan anak muda itu. Meninggalkan pemandangan unik, meninggalkan penjaja jagung  bakar, meninggalkan semua hal di tempat itu. Mereka berdua berjalan menuju parkiran. Tiba-tiba Azil menyeletuk,
           “Fi, kamu kelihatan galak kalau ngelirik ke aku kaya gitu”.
       Sofi hanya cemberut, melihat ejekkan Azil. Mereka pun melanjutkan perjalanan pulang. 

o0o

        Asrama terlihat sepi, Sofi turun perlahan turun dari motor Azil. Masih merasa enggan untuk masuk asrama, lima belas menit lagi gerbang ditutup. Azil mencoba tidak pergi dulu sebelum Sofi masuk ke dalam asrama. Saling pandang, dan bahasa rayu, yang Azil utarakan membuat suasanan perpisahan untuk malam itu semakin hangat.
        Beberapa saat setelah itu, tiba-tiba, Azil menatap wajah Sofi dengan serius. Begitu tajam pandangan itu, membuat Sofi mengalihkan pandangannya.
        “Fi,,,” Azul membuat suasana itu menjadi serius.
        Sofi hanya menatap Azil dengan tatapan yang layu.
        “Gimana dia?”. Tanya Azil semakin membuat hati Sofi bingung.
        “Aku belum tau...” Jawab Sofi bahasanya begitu lemas.
        “@#$%^&*4667?”, Lanjut Azil berbisik
        Deg.... Hati Sofi kacau. Keadaanya sekarang adalah ungkapan Azil yang membuatnya bingung, Sofi hanya terdiam mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Azil.
“Maksudnya ?”, Sofi mencoba membuayarkan suasana dengan alasan ketidakpahaman untuk menjawab pertanyaan Azil.
“@#$%^&*@#$%^&*$%^&*(”. Jawab Azil mengembalikan keadaan menjadi serius.
Sofi hanya terbengong, tak salah lagi Azil benar-benar nembak Sofi malam itu.
“Aku masih butuh waktu.” Jawab Sofi tegas.
Azil hanya menanggapinya dengan senyuman, mencoba mengundurkan diri dari hadapan Sofi. Menhidupkan motornya dan pamit pulang.
Sedangan Sofi, berjalan lunglai di pelataran asrama. Duduk di bangu-bangu dekat taman bunga. Masih melihat dengan pandangan kosong, tidak percaya tentang malam ini. Dengan apa yang di katakan oleh Azil. Selang beberapa waktu kemudian Sofi mulai meninggalkan tempat itu.

o0o

Bercerita tentang aku dan duniamu, dan kamu dalam duniaku, kita menyapa. Kita bersama. Dalam sebuah kubangan. Kita menyeru. Alitan angin yang bersimfonikan pelangimu. Dan aku terkejut. Ketika kamu membuatku terang. Meninggalkan angan masa lalu. Aku terjepit karena penjara merahnya. Dan aku begitu layu ketika harus merangkak. Menuju pangkuanmu. Tertatik aku ketika melihat wujudmu dihadapanku. Menyambutku dengan genggaman hangat. Dan aku mulai bangkit untuk bangun dari keterpurukanku. Kau mengajariku berjalan ketika aku lupa bagaimana melangkah. Kau mengajariku berkata ketika aku lupa bagaimana berucap. Aku tersanjung Kau begitu indah dimataku.

Malam Untuk Bintang #2

Malam ini Cuacanya sangat mendukung, Serbuan kelip bintang membentuk barisan yang cukup rapi. Bulan pun tak mau kalah menghias awan gelap di lngit, dengan sinarnya dia membantu bintang bersinar terang. Dengan kostum panglimanya yang begitu gagah, bulan pun siap menemani Sofi dalam perjalanannya malam ini. Di luar asrama kebisingan kendaraan terdengar jelas menandakan keadaan kota masih sore. Hembusan angin itu menghembus lembut, menggoyangkan daun di taman asrama. Dengan dandanan rapi Sofi bersiap pergi bersama Azil.

--Sofi, aku udah di depan

       Pesan pendek dari Azil membuat Sofi bergegas keluar kamar. Sesosok pria tinggi, berswiter coklat sedang duduk di atas sepeda motornya. Wajahnya tak terlalu jelas, tersamarkan karena suasana yang mulai gelap.
      “Itu pasti Azil”, gumam Sofi sambil mendekati pria itu.
    “hai..”, Sapa Azil sambil menebar senyumnya. Menyambut Sofi turun dari persinggahannya tadi.
     “Hai juga, Kita mau kemana?”, sahut Sofi dengan memegang helm hitam kemudian memakainya.
     “Terserah kamu aja, aku sih ngikut fi hehe”, jawab Azil dengan tawa kecil.
     Sofi menaiki sepeda Azil dengan perlahan, menengok kanan kiri karena takut ketahuan oleh pihak asrama. Azil cepat-cepat menyalakan mesin motornya.
     “Sofi, kita mau kemana”, tanya Azil mencoba menghangatkan suasana.
     “Ke bukit  aja gimana?, aku belum pernah kesana”, jawabku dengan nada terbata-bata.
     Azil hanya membalas omongan Sofi dengan mengangguk, memperhatikan Sofi di balik kaca sepionnya dan tersenyum.

o0o

        Di perjalanan Sofi tak banyak bicara. Sesekali Azil yang mengajak Sofi buat berbicara. Dalam hati Sofi sekarang berkecamuk, memeberontak dahsyat, memikirkan bagaimana awang awang dan awang. 
 Tiba-tiba lamunan sofi dikagetkan oleh pesan masuk dari Awang.
--Sayang, kamu lagi sibuk ya?
Deg.... Sofi gugup, Sofi gemetar, Sofi takut. Dia begitu bingung bagaimana menjawab pertanyaan Awang, padahal sekarang bersama ia Azil. Sofi pun memasukkan kembali handphonenya ke dalam tas, mengacuhkan pesan dari Awang.
“Bulannya bagus ya Zil..”, mencoba mencairkan suasana dengan berbincang dengan Azil.
“Eh, iya Fi, indah...”, Azil terlihat kaget dengan pertanyaan Sofi.

>> Malam Untuk Bintang #3

Malam Untuk Bintang #1

         Membuka layar handphone, berharap ada sahut sapa dari seorang kekasih yang sedang dirinduinya. Namun terlihat sepi ketika harapan kosong itu muncul di hadapan Sofi. Tak satu pun pesan atau telefon dari Awang. Hanya terlihat wallpaper bergambarkan dua hati yang saling berpaut.
        Akhir-akhir ini Sofi merasa dihimpit oleh sebuah kenyataan pedih. Hubunganna dengan Awang yang hampir 11 bulan terjalin berasa di ujung tanduk. Bukan karena pihak ketiga ataupun masalah yang bertubi-tubi muncul. Hanya karena waktu, jarang untuk bertemu jarang untuk bersama.
        Rindunya begitu memuncak tapi dia hanya bisa memandang dengan angan kosong yang tak berarti. Rindunya tak lagi berharga ketika dia harus menerima tamparan keras dari seorang Awang kekasihnya. Tak ada lagi kata-kata  romantis yang dulu biasa Awang ungkapkan pada Sofi.
Lamunan Sofi dikagetkan oleh getar handphonenya. Dengan cepat ia segera membuka pesan itu.
--Sofi
Pesan masuk dari Azil, wajah Sofi seketika berubah yang sebelumnya lebam karena menangis, sekarang sedikit bisa tersenyum. Rona bahagia itu tergambar jelas, setidaknya sms Azil membuatnya sedikit ceria tak terpuruk lagi karena gundah gulananya memikirkan Awang.

o0o

        Malam ini mereka berdua membuat janji, Sofi minta tolong Azil buat membantunya mengenrjakan tugas kampus.
        --Azil aku lagi bosen, gimana kalau refreshing dulu, maen-maen gitu?
Pesan itu terkirim cepat ke handphone Azil. Azil hanya memberi anggukan kencil yang menandakan dia setuju dengan keinginan Sofi.

>> Malam Untuk Bintang #2
 
 
Blogger Templates