Social Icons

Jumat, 28 Desember 2012

Percaya kamu akan kembali


Aku mencoba berlari lebih cepat dikala orang-orang sedang santainya berjalan. Aku mencobaberhenti sejenak untuk menghela nafas, dan ku kayuh lagi nurani semangatku tuk melangkah kembali. Bersama asa yang aku genggam erat, kan aku toreh jutaan mimpi yang ingin aku capai. Berlalu kenangan dan berlalu pula beribu alasan, kenapa aku tak ingin berhenti untuk meraihnya.Sampai saatnya nanti aku tak akan membiarkan kakiku ini mati kaku tanpa harapan yang sempat aku gapai. Siang dan malampun akan menjadi saksi, bahwa aku tak hanya bersandiwara dalam gerilya ini. Aku tak akan meragu akan semua rintangan yang bajal aku hadapi.

Gebrakan pintu itu terdengar cukup keras, cepat-cepat dia menutupnya kembali dan tersungkur lemah. Celotehan yang biasanya terdengar itu telah hilang beberapa saat dari mulut Sofi. Sofi sekarang sedang tak ingin menjadi tokoh penggembira, dia sedang menjalani skenario tentang kesedihan.
Tok..tok...terdengar ketukan pintu dari Nuri. Sambil mengusap air matanya, Sofi perlahan membukanya. Terlihat raut muka Nuri yang begitu khawatir melihat kondisi teman dekatnya itu.
“Kamu kenapa Sof, Azil lagi?”, Nuri mencoba mendekati Sofi yang kala itu kembali diperaduannya. Sambil, melihat Nuri Sofi hanya terdiam. Membaca alur cerita yang telah ia baca sebelumnya.
“Iya, soal Azil....”.Sofi akhirnya mengeluarkan jawaban itu, dengan pipi yang kembali basah.
“Kenapa lagi dia, bukanya kemaren baru ketemu?”, tanya Nuri semakin cemas.
“Aku bingung, gimana nanggepin Azil. Dia terlalu misterius ri, Aku sulit ngebaca bahasanya. Dia cuek, dia berasa hilang gitu aja. Udah lebih dari dua pekan Azil gak nghubungin, bahkan kalaupun sempat bicara dia tanggapannya pasti dingin”. Gerutu Sofi, yang memuat aor matanya semakin deras.
Nuri mencoba menenangkan Sofi, dengan mengelur pundaknya. Sambil memperhatikan Sofi yang terus menangis Nuri mencoba membuatnya tenang.
“Masa, dia sekarang malah hubungan sama cewek Ri, sakit hati rasanya. Kalau kaya gini caranya kenapa dulu dia harus ngungkapain perasaannya, disaat aku sekarang bisa nerima dia malah dia ngilang gini. Udah terlalu dalam Ri, fikiranku buat mikirin dia, buat ngebaca tingkah laku dia.”, lanjut Sofi yang terus mengeluarkan butir-butir air matanya.
“Udah sabar. Sekarang gini, mending kamu ngomong baik-baik sama dia. Tanya apa maksudnya selama ini, siapa tau kalian Cuma salah paham. Ya kan?”, Masukkan Nuri meyakinkan Sofi.
Tanpa pikir panjang, Handphone itu diraihnya. Membuka layar kosong untuk menuliskan sebuah pesan pendek.
Azil : #Azil...kamu lagi sibuk gak,aku pengen tanya sesuatu sama kamu.
Sofi : #Azil kayaknya kita salah paham
Azil : #Iya aku juga gitu Fi, Menurutmu salah pahamnya dimana. Mungkin kita beda
Sofi menjelaskan panjang lebar, mulai dari malam waktu Azil minta bantuannya buat mbungkus kado itu, sampai Azil menjauh dua pekan lebih darinya.
Azil : #Fi, aku juga ngerasa gitu. Aku pikir waktu kamu bahasanya cuek, kamu emang bener-bener pengen ngejauh dariku. Yasudah aku pikir kamu memang butuh waktu sendiri, dan gak mau aku ganggu.
Suasana waktu itu awalnya begitu menegangkan dimana Sofi yang sibuk memutar otaknya untuk menuliskan bahasa yang pas, dan Nuri yang memberi ide buat Sofi gimana kata-kata yang sesuai buat jelasin ke Azil apa yang terjadi. Tiba-tiba Sofi terlihat senyum-senyum sendiri, sambil mengangkat handphone ditunjukkan kepada Nuri,
Azil : #Fi jujur aku emang suka kamu
Senyum itu merekah lagi dari bibir Sofi, ternyata kesalahpahaman mereka dimulai dari ego mereka yang tak ingin mengalah satu sama lain. Padahal dibenak Azil terlihat kalau rindu itu sebenarnya juga ada. Dinding ruangan itu seakan bergemuruh, memeluk dekapan hangat yang empunya.Ya itulah Sofi, yang sekarang merasa dikembalikan kepada dunianya yang hilang. Setidaknya dia masih beharap kalau Azil memang masih menyimpan namanya.

Mengembalikan senyumku, menyambut duniamu. Untuk raga yang sempat terpental. Iringan tangis itu pun lanjut terhenti. Aku bahagia, menemukanmu walau usang. Aku senang ketika mengembalikanmu dalam tenang.

Kesalahpahaman itu ternyata satu bukti Tuhan, untuk aku rasakan tentang makna kehilangan. Aku mencoba berbahasa, merangkai artian kata. Tanpa kejadian itu mungkin aku tak pernah tau bagaimana hadirmu yang sebenarnya. Biarkan cinta ini mengalir dengan lembut. Bersamamu...

Senin, 17 Desember 2012

Salah Paham 2

Bagaimana aku mencoba berpijak pada tempat yang tak salah
Dan aku pun mulai mendekat disaat jarak kita yang tak jauh
Kau pun mulai menatap dengan indah
Pancaran matamu yang membuatku lemah
Dan akhirnya aku pun mulai mengikuti alur jiwamu

Jarak hubungan antara Sofi dan Azil semakin menjauh, entah apa sebab dari masalah ini. Sofi pun tak tau harus bagaimana menyikapi sikap Azil yang seakan bungkam. Kebingungan yang dialami Sofi semakin menjadi-jadi ketika dia harus melihat perbincangan Azil dengan wanita lain di akun twitternya. Dia semakin bingung, bingung menghadapi seorang pria yang selama ini membuat hari-harinya berwarna. Tak tau lagi bagaimana cara mencairkan hubungan itu lagi, terlihat tegas membeku, tanpa sentuhan hangat dan sapaan manis antara mereka berdua.

“Apa aku sedang dipermainkan”, gumamnya.

Layar itu tak lagi menyala, kotak masuk itu tak lagi tertera nama Azil. Sudah sepekan ini Azil menghilang dari kehidupan Sofi, entah apa rencana Azil yang menjadikannya menjauh dari Sofi.
Seperti orang linglung, Sofi terus dan terus memeikirkan Azil. Sampai akhirnya dia harus memberankikan dirinya untuk memulai, mencoba mengubah keadaan. Mungkin dengan cara ini Sofi bisa mengembalikan sikap Azil yang dingin.

        Seperti hembusan angin, yang datang dan berlalu kemudia. Usaha Sofi untuk ramah pun tak sanggup mengetuk hati seorang Azil, begitu keras. Setiap ada kesempatan ia bisa berpapasan dengan Azil, Sofi selalu melakukan pendekatan-pendekatan lebih awal. Namun hanya balasan datar yang dapat Azil suguhkan. Sofi menangis, menangis bukan karena tak berhasil meluluhkan hati Azil dan membuatkan kembali seperti dulu.Tapi menangis, terlalu sulit baginya membaca sikap Azilyang begitu sulit dimengerti.

o0o

-- Azil aku punya salah ya sama kamu
Pesan singkat itu kembali dikirimkan Sofi ke nomor Azil, tak lama kemudian balasan itu pun datang, namun tetap saja sikap Azil yang begitu dingin.

--Nggak kok Sof, mungkin aku yang salah

Sofi, kenapa harus dia yang mencari. Kenapa harus dia yang memulai, kenapa harus dia dia dan dia yang melakukn semua ini. Hanya dipermainkan oleh seorang lelaki, dengan semua teka teki. Hanya bisa berdiri tanpa pijakan yang pasti. Keadaan dimana dia harus kehilangan cinta, dan sekarang menemukan orang yang mempermainkannya. Entah apa rahasia di balik ini semua. Sofi mencoba biasa, mungkin memang benar bahwa pria itu sulit untuk dibaca fikirannya.

Awalnya saya ragu dengan rasa anda
Dengan membaca embun yang menetes hebat
Memperhatikan gerakan angin yang begitu abstrak
Saya lebih ragu dengan rasa anda
Walau sapaan itu hanya diam
Dan meninggalkan kenangan
Sebuah parodi yang pernah anda pentaskan
Mencoba menggugah hati yang sedang mati kaku ini
Usaha anda yang lugu, serta cara anda merayu
Membuat saya terhibur walau hanya sejenak
Dan kemudian selasai
Meninggalkan sesuatu
Dan begitu sangat membekas
Anda sedang pergi meninggalkan ruangan kosong
Dan saya merasa semakin ragu
Ragu tentang anda, tentang rasa anda
Baiklah...
Saya menyerah
Menyerah untuk menyeru anda beserta rasa anda
Biarkan saya biarkan hanyut
bersama aliran air
Dan saya juga pergi untuk memikul angan
Tentang rasa yang pernah anda tawarkan
Yang menurut saya begitu meragukan
Anda memang seorang pemain sirkus
             Bernyawa tapi hanya mempunyai bayangan

Salah Paham 1



-- Sofi kamu hari ini pulang?
-- Sofi naik apa?
-- sofi hati-hati di jalan ya

Pesan Azil mengagetkannya saat memandang pedagang asongan di tempat itu. Hari ini Sofi pulang ke rumah orang tuanya, setelah tiga minggu tak sempat berkunjung untuk melepas rindu. Dengan sedikit malas Sofi membalas pesan singkat  dari Azil, yang dia tunggu-tunggu dari kemarin. Nada balasannya pun terkesan cuek, dan perbincangan mereka via pesan singkat itu hanya terjadi dalam hitungan menit.

Sebenarnya aku rindu, tapi aku tak mampu berucap
Sebenarnya aku ingin memeluk senyummu, tapi aku tak sempat
Yasudah, aku ikut alurmu saja. Kalau kamu diam aku juga diam

o0o

Satu hari, dua hari, tiga hari tak ada satupun kabar dari Azil. Tak ada sapaan itu lagi tak ada senyuman Sofi tentang Azil. Sofi juga tak berusaha menghubungi Azil di kala itu.

Cintamu sebenarnya hanya angin
Yang berhembus sebentar dan lenyap
Bersama dengan udara dan melayang hilang
Ketika cintamu hanya seperti api
Kamu terus menyala
Tapi lupa bagaimana memadamkannya
Seketika menggebu-gebu
Tapi setelah itu membakar dengan sangarnya
Dan harus meninggalkan debu
Tapi mereka dengan mudahnya terbang
Tak mungkin jika harus seringan itu

Aku rindu Azil.. rindu semuanya tentangmu... tapi aku tak kuasa mengawali untuk menyapamu Zil.. aku menunggumu saat itu...

o0o

Langkah itu begitu berat untuk Sofi tapaki ketika mulai memasuki asrama. Selama tiga hari dia harus mengistirahatnkan fikirannya dari kehidupan kampus. Cukup baginya mengindahkan dari beban tugas-tugas menumpuk dari dosen. Ransel dan satu buat tas tenteng ia bawa dengan gaya sempoyongan menuju kamar pribadinya. Sapaan demi sapaan Sofi trima dari penghuni yang lain, sambil membuka pintu kamar Sofi meletakkan barang-barangnya disamping meja kecil itu. Perlahan kamar itu terbuka, mencoba merebahkan dengan nada lemas sambil memeluk guling kesayangannya.
Sore itu, ramai asrama sudah mulai terdengar. Sofi terbangun dari tidur karena kelelahan. Merapikan rambut dan lagi, mencoba melirik layar hp. Berharap ada Azil dan Azil, namun kekecewaan itu melandanya kembali. Azil begitu jauh sekarang, tak lagi mampu membuat Sofi tertawa seperti hari kemaren.

o0o

Berkutik dengan tugas lagi, aktifitas Sofi malam itu. Yang kemudian harus dibuyarkan oleh kelip-kelip cahaya yang keluar dari layar handphonennya. Dengan cepat Sofi mengambilnya, membuka dan ya, pesan dari seorang Azil yang selama ini menghilang.

-- I've dreamed of you last night

Glek.., Sofi terbungkam. Tak ada senyuman sedikit pun yang ia ciptakan. Hanya bisa memandang layar tanpa kedipan. Bingung, mungkin iya. Apa maksudnya Azil tiba-tiba sms seperti ini. Ketidakpahamannya membuatnya menuis balasan pada Azil.

-- Maksudnya apa Zil?

Setelah mengirim pesan itu, raut muka Sofi masih terlihat seperti orang linglung tanpa alasan yang jelas. Pandangannya masih tertuju pada pesan Azil tadi. Tak menunggu waktuyang lama, tanda bahwa ada pesan masuk itu berbunyi lagi.

-- Aku memimpikanmu

Sofi hanya terperanga melihat balasan dari Azil. Jantungnya berasa mau copot, getarannya membabi buta. Terlalu banyak ekspresi yang dia ingin ungkapkan waktu itu. Sofi memang merasa senang karena Azil yang diharapkannya datang untuk menyapanya kembali, tapi dilain pihak dia harus merasakan kesepian yang ternyata berhasil membuatnya sakit waktu itu. Bermacam fikiram-fikiran yang tak layak muncul dengan sengaja, alhasil malam itu hanya sikap acuh Sofi terhadap Azil muncul. Bahkan saling membalas pesan-pesan pendek itu pun hanya terjadi dalam selang waktu yang sebentar.

Rabu, 12 Desember 2012

Berawal Dari Sini

Sekarang hanya sendiri, Awang yang telah pergi. Mungkin benar ketika hati Sofi sedang terluka. Membiarkan kekasih hati meninggalkannya sendiri. Tanpa cinta, Sofi hanyut dalam perasaan rindunya. Menerawang halus dalam sebuah bayangan berawan, dan sangat kelam. Bayangan kosong, mencotohkan tentang masa lalu yang telah hilang. Setelah putus cinta itu Sofi seperti orang tak berdaya, hari-harinya hanya menyendiri. Membiarkan matanya membajir hebat akan sebuah air mata penyesalan. Sekarang, Sofi hanya bisa melepanya secara ikhlas, mungkin ini memang jalan Tuhan. 

Menyaksikan sebuah episode cinta. Memulai dan berkahir dengan sendirinya. Itu pasti.

 o0o

Tak biasanya Azil membuat janji mendadak dengan Sofi. Malam itu mereka bertemu di tengah hujan turun yang begitu deras, sederas hati Sofi sedang kalut di waktu itu. Taman asrama tak lepas dari serbuan pasukan air hujan yang mengguyur asrama.

--Sofi,aku udah di depan. Cepat keluar ya

Bergegas Sofi membuka pintu kamarnya, keluar melewati lorong asrama yang bersuhu dingin. Percikan lautan air yang membasahi dinding-dinding asrama. Sofi menemukan sesosok Azil, terlihat kedinginan di seberang jalan. Mencoba mendekatinya dan mengerutkan dahi, mengajaknya duduk di bangku taman itu lagi. Hujan ternyata belum bisa pergi, tetap memperhatikan mereka berdua dengan tetesan gerimis yang jumlahnya tak terhingga.

“Ada apa zil, tumben gak janjian dulu tadi siang?”. Pertanyaan itu langsung dilontarkan sofi dengan spontan.
“Mau minta tolong bungkusin ini dong, hehe”, sambil mengeluarkan bungkusan kantong plastik yang ukurannya begitu besar itu Azil, meletakkannya di depan Sofi.

Sofi hanya tersenyum menjawab permintaan Azil, kemudian pergi ke dalam asrama mengambil lem dan gunting. Tak banyak obrolan yang mereka lakukan di malam itu, hanya Sofi yang sibuk dengan kadonya dan Azil memperhatikannya. Hanya sesekali mereka bertanya dengan pertanyaan garing, untuk menghangatkan suasana.

“Azil, mungkin untuk beberapa hari ke depan aku gak pegang hp”, Sofi mengawali perbincangan itu lagi. Meletakkan bungkusan kado yang sudah jadi itu di meja samping Azil.

Dengan mengerutkan dahi, Azil hanya menatap Sofi dengan tatapan tanpa ekspresi. Sofi melanjutkan penjelasan omongannya tentang itu panjang lebar kepada Azil. Azil hanya mengangguk, menanggapinya dengan bahasa standar.

o0o

          “Makasih ya”, Azil beranjak dari bangku itu dan pamit pulang.
          Mencoba menghela nafas Sofi, mengantar Azil sampai depan gerbang. Senyuman pun tak lupa Azil haturkan dengan sopan di hadapan Sofi. Dengan balasan senyuman sederhana itu Sofi membalikkan badan setelah bayangan Azil menghilang. Malam itu memang terasa aneh, sedikit mengganjal pada hati Sofi. Pasti ada sesuatu hal yang akan terjadi (gumamnya).

>>Sempat Kehilangan Jejakmu
 
 
Blogger Templates