Sekarang hanya sendiri, Awang
yang telah pergi. Mungkin benar ketika hati Sofi sedang terluka. Membiarkan
kekasih hati meninggalkannya sendiri. Tanpa cinta, Sofi hanyut dalam perasaan
rindunya. Menerawang halus dalam sebuah bayangan berawan, dan sangat kelam.
Bayangan kosong, mencotohkan tentang masa lalu yang telah hilang. Setelah putus
cinta itu Sofi seperti orang tak berdaya, hari-harinya hanya menyendiri.
Membiarkan matanya membajir hebat akan sebuah air mata penyesalan. Sekarang,
Sofi hanya bisa melepanya secara ikhlas, mungkin ini memang jalan Tuhan.
Menyaksikan sebuah episode cinta. Memulai dan berkahir dengan
sendirinya. Itu pasti.
o0o
Tak biasanya Azil membuat
janji mendadak dengan Sofi. Malam itu mereka bertemu di tengah hujan turun yang
begitu deras, sederas hati Sofi sedang kalut di waktu itu. Taman asrama tak
lepas dari serbuan pasukan air hujan yang mengguyur asrama.
--Sofi,aku udah di depan.
Cepat keluar ya
Bergegas Sofi membuka pintu
kamarnya, keluar melewati lorong asrama yang bersuhu dingin. Percikan lautan air
yang membasahi dinding-dinding asrama. Sofi menemukan sesosok Azil, terlihat
kedinginan di seberang jalan. Mencoba mendekatinya dan mengerutkan dahi,
mengajaknya duduk di bangku taman itu lagi. Hujan ternyata belum bisa pergi,
tetap memperhatikan mereka berdua dengan tetesan gerimis yang jumlahnya tak
terhingga.
“Ada apa zil, tumben gak
janjian dulu tadi siang?”. Pertanyaan itu langsung dilontarkan sofi dengan
spontan.
“Mau minta tolong bungkusin
ini dong, hehe”, sambil mengeluarkan bungkusan kantong plastik yang ukurannya
begitu besar itu Azil, meletakkannya di depan Sofi.
Sofi hanya tersenyum menjawab
permintaan Azil, kemudian pergi ke dalam asrama mengambil lem dan gunting. Tak
banyak obrolan yang mereka lakukan di malam itu, hanya Sofi yang sibuk dengan
kadonya dan Azil memperhatikannya. Hanya sesekali mereka bertanya dengan
pertanyaan garing, untuk menghangatkan suasana.
“Azil, mungkin untuk beberapa
hari ke depan aku gak pegang hp”, Sofi mengawali perbincangan itu lagi.
Meletakkan bungkusan kado yang sudah jadi itu di meja samping Azil.
Dengan mengerutkan dahi, Azil
hanya menatap Sofi dengan tatapan tanpa ekspresi. Sofi melanjutkan penjelasan
omongannya tentang itu panjang lebar kepada Azil. Azil hanya mengangguk,
menanggapinya dengan bahasa standar.
o0o
“Makasih ya”, Azil
beranjak dari bangku itu dan pamit pulang.
Mencoba menghela nafas Sofi,
mengantar Azil sampai depan gerbang. Senyuman pun tak lupa Azil haturkan dengan
sopan di hadapan Sofi. Dengan balasan senyuman sederhana itu Sofi membalikkan
badan setelah bayangan Azil menghilang. Malam itu memang terasa aneh, sedikit
mengganjal pada hati Sofi. Pasti ada sesuatu hal yang akan terjadi (gumamnya).
>>Sempat Kehilangan Jejakmu
>>Sempat Kehilangan Jejakmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar