-- Sofi
kamu hari ini pulang?
-- Sofi naik apa?
-- sofi hati-hati di jalan ya
-- sofi hati-hati di jalan ya
Pesan Azil mengagetkannya
saat memandang pedagang asongan di tempat itu. Hari ini Sofi pulang ke rumah
orang tuanya, setelah tiga minggu tak sempat berkunjung untuk melepas rindu.
Dengan sedikit malas Sofi membalas pesan singkat dari Azil, yang dia tunggu-tunggu dari
kemarin. Nada balasannya pun terkesan cuek, dan perbincangan mereka via pesan
singkat itu hanya terjadi dalam hitungan menit.
Sebenarnya aku
rindu, tapi aku tak mampu berucap
Sebenarnya aku ingin
memeluk senyummu, tapi aku tak sempat
Yasudah, aku ikut
alurmu saja. Kalau kamu diam aku juga diam
o0o
Satu hari, dua hari, tiga
hari tak ada satupun kabar dari Azil. Tak ada sapaan itu lagi tak ada senyuman
Sofi tentang Azil. Sofi juga tak berusaha menghubungi Azil di kala itu.
Cintamu sebenarnya hanya angin
Yang berhembus sebentar dan lenyap
Bersama dengan udara dan melayang hilang
Ketika cintamu hanya seperti api
Kamu terus menyala
Tapi lupa bagaimana memadamkannya
Seketika menggebu-gebu
Tapi setelah itu membakar dengan sangarnya
Dan harus meninggalkan debu
Tapi mereka dengan mudahnya terbang
Tak mungkin jika harus seringan itu
Aku rindu Azil.. rindu semuanya tentangmu... tapi aku tak kuasa
mengawali untuk menyapamu Zil.. aku menunggumu saat itu...
o0o
Langkah itu begitu berat
untuk Sofi tapaki ketika mulai memasuki asrama. Selama tiga hari dia harus
mengistirahatnkan fikirannya dari kehidupan kampus. Cukup baginya mengindahkan
dari beban tugas-tugas menumpuk dari dosen. Ransel dan satu buat tas tenteng ia
bawa dengan gaya sempoyongan menuju kamar pribadinya. Sapaan demi sapaan Sofi
trima dari penghuni yang lain, sambil membuka pintu kamar Sofi meletakkan
barang-barangnya disamping meja kecil itu. Perlahan kamar itu terbuka, mencoba
merebahkan dengan nada lemas sambil memeluk guling kesayangannya.
Sore itu, ramai asrama sudah
mulai terdengar. Sofi terbangun dari tidur karena kelelahan. Merapikan rambut
dan lagi, mencoba melirik layar hp. Berharap ada Azil dan Azil, namun
kekecewaan itu melandanya kembali. Azil begitu jauh sekarang, tak lagi mampu
membuat Sofi tertawa seperti hari kemaren.
o0o
Berkutik dengan tugas lagi,
aktifitas Sofi malam itu. Yang kemudian harus dibuyarkan oleh kelip-kelip
cahaya yang keluar dari layar handphonennya. Dengan cepat Sofi mengambilnya,
membuka dan ya, pesan dari seorang Azil yang selama ini menghilang.
-- I've dreamed of you last night
Glek.., Sofi terbungkam. Tak ada senyuman sedikit pun yang ia
ciptakan. Hanya bisa memandang layar tanpa kedipan. Bingung, mungkin iya. Apa
maksudnya Azil tiba-tiba sms seperti ini. Ketidakpahamannya membuatnya menuis balasan
pada Azil.
-- Maksudnya apa Zil?
Setelah mengirim pesan itu,
raut muka Sofi masih terlihat seperti orang linglung tanpa alasan yang jelas.
Pandangannya masih tertuju pada pesan Azil tadi. Tak menunggu waktuyang lama,
tanda bahwa ada pesan masuk itu berbunyi lagi.
-- Aku memimpikanmu
Sofi hanya terperanga melihat
balasan dari Azil. Jantungnya berasa mau copot, getarannya membabi buta.
Terlalu banyak ekspresi yang dia ingin ungkapkan waktu itu. Sofi memang merasa
senang karena Azil yang diharapkannya datang untuk menyapanya kembali, tapi
dilain pihak dia harus merasakan kesepian yang ternyata berhasil membuatnya
sakit waktu itu. Bermacam fikiram-fikiran yang tak layak muncul dengan sengaja,
alhasil malam itu hanya sikap acuh Sofi terhadap Azil muncul. Bahkan saling
membalas pesan-pesan pendek itu pun hanya terjadi dalam selang waktu yang
sebentar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar