Kosong,
memandang kosong tanpa lukisan indah di mata. Kenapa harus kau diamkan, kenapa
kau tak mulai bertanya. Siapa yang berani berbicara lebih awal, jika dialog itu
hanya dihadapkan pada patung hidup tak ingin menyapa. Biasakan gerakanmu untuk
memulai, walau aku kadang tak tanggap. Tapi kau tetap bertahan pada egoismu.
Iya kosong dan
hanya kosong , kosong yang diam. Kosong yang tak ingin berarti, kosong yang tak
mengerti arti. Kosong yang tak ingin diartikan, kosong yang musnah. Kosong yang
tak ingin dianggap. Kosong yang lemah, kosong yang mudah sirna.
Lamunanmu
buta, lamunanmu tak berada. Jiwamu melayang entah kemana. Mengejar arah yang
tak pernah mengarah. Hah, sudahlah. Lelah jikalau aku harus menghadapimu.
Kosong dan
kosong, kosong berangan-angan. Kosong karena sebuah pencitraan. Kosong karena
ingin dimengerti. Kosong karena ingin enyah. Apakah dirimu paham, akan getaran
yang bergelombang. Apakah kau paham akan fikiran yang mencoba memikirkan. Ah
sudahlah, lelah jikalau aku harus melihatmu dengan pandangan kosong.
Kamu pun
berlari-lari, memanggilmu tiada henti. Tapi kamu sedang kosong dan aku tak
ingin berhenti. Ku ingin terus berlari. Melawan arus angin yang ingin membuatku
terhenti. Kau tetap berlari mengepakkan sayapmu dan ingin terbang tinggi. Mencoba
melewatiku, mencoba menangkapku. Dan seketika itu aku harus, aku terpaksa untuk
berhenti.
Tetaplah kau
sedang kosong, kosong tanpa bicara. Kosong tanpa bicara. Kosong dan tetap
kosong ketika aku sudah mulai berada dekat denganmu. Ah sudahlah, aku lelah
dengan semua gaya kesombonganmu. Kau bagaikan angin malam, yang hanya bisa
membuat semua hal dingin, beku dan mati. Mencoba biasa saja. Karena Kau tetap
kosong. Kenyataanya kau tetaplah kosong. Bersenang-senanglah dengan
kekosonganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar