-
Kepribadian
adalah pola perilaku dan cara berfikir yang khas yang menentukan penyesuaian
diri seseorang terhadap lingkungan (Atkinson, dkk, 1996). Orang
cenderung bertindak atau berfikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi. Adanya
sebuah karakteristik yang membedakan satu individu dengan individu yang lain.
Terdapat dua model dalam meninjau perbedaan
kepribadian :
1. MODEL BIG FIVE
Model ini diajukan oleh Lewis
Goldberg (1993), berikut lima model dimensi kepribadian “big five” :
a.
Extroversion
- Individu Extrovert : menikmati keberadaannya bersama
orang lain, penuh energi, mengalami emosi positif, antusias, suka berbicara,
menegaskan diri, menunjukkan perhatian terhadap diri mereka sendiri.
- Individu Introvert : kurang bahagia, kurang energi,
aktifitas rendah, tenang, cenderung menarik diri dari dunia sosial, mereka
membutuhkan stimulasi yang rendah dan memilih sendiri.
- Secara biologis, Extroversion berhubungan dengan
peningkatan sensitivitas terhadap mesolimbic dopamine system yang berpotensi
memperkuat stimuli à perasaan positif yang tinggi à gembira pada
reward yang potensial.
b.
Agreeableness
- Merefleksikan perbedaan individual yang berhubungan
dengan kerjasama dan harmoni sosial.
- Individu Aggreeable : bergaul dengan baik, penuh
perhatian, bersahabat, dermawan, suka menolong, mau menyesuaikan keinginannya
dengan orang lain, memiliki pandangan yang optimis tentang kemanusiaan.
Aggreeable kurang pas dalam situasi yang membutuhkan keputusan-keputusan yang
objektif.
- Individu disagreeable : menempatkan keinginannya di atas
orang lain, tidak memperhatikan keberadaan orang lain, mudah curiga, tidak
bersahabat, kurang kooperatif. Namun mereka bisa menjadi seorang ilmuan,
kritikus, atau tentara yang baik.
c.
Conscientiousness
- Conscientiousness berkaitan dengan cara kita mengontrol,
mengatur, dan memerintah impuls.
- Berhubungan dengan disiplin kerja, berminat terhadap
pelajaran, berkonsentrasi, memandang belajar sebagai seuatu yang mudah
(Schouwenburg, 1996).
- Siswa ini menggunakan pendekatan strategis yang bagus
dalam mengorganisasikan pekerjaan mereka, dapat mengatur waktu, serta belajar
keras. Mereka juga memiliki tujuan yang jelas dalam belajar. Mereka memiliki
motivasi intrinsic dan sikap belajar yang baik (Enswistle, 1988).
- Individu yang impulsive dapat dilihat orang lain sebagai
orang yang penuh warna, menyenangkan dan jenaka. Orang bertipe ini akan
menghindari kesalahan dan mencapai kesuksesan tingkat tinggi melalui
perencanaan yang penuh tujuan, gigih dan cerdas dan dapat dipercaya. Namun dari
segi negatif mereka mempunyai sifat perfeksionis dan pekerja keras yang
kompulsif. Terlihat kaku dan membosankan.
- UnConscientiousness memiliki sifat sulit dipercaya, kurang
ambisi, cepat menyerah, akan tetapi mereka mempunyai kesenangan jangka pendek
dan tidak pernah dicap kaku.
d.
Neoroticism atau sebaliknya
stabilitas emosional
- Neoroticism menunjuk pada kecenderungan untuk
mengalami emosi negatif.
- Orang yang skor neoroticismnya tinggi :-
Memiliki perasaan negatif à cemas, marah,
depresi, Reaktif secara emosional, Merespon secara emosional peristiwa-peristiwa yang
akan mempengaruhi sebagian orang, reaksi mereka cenderung lebih kuat. Reaksi emosi negatif mereka cenderung menetap untuk
jangka waktu yang lama sehingga mereka lebih sering merasakan bad mood. Dapat diatasi dengan berfikir jernih, membuat
keputusan, serta mengatasi stress secara efektif.
- Orang yang skor neoroticismnya rendah :
Tidak mudah terganggu dan kurang reaktif etrhadap
emosional, Cenderung tenang, stabil emosinya, bebas dari emosi
negatif yang menetap
- Frekuensi emosi positif merupakan komponen domain
konsentrasi, extraversi.
- Neoroticism berkaitan dengan kekurangan konsentrasi,
takut salah, penuh tekanan.
- Neoroticism berhubungan dengan kekurangan kemampuan
kritis dan masalah bagaimana sesuatu berhubungan satu sama lain.
- Neoroticism berhubungan dengan gaya belajar yang
dangkal
- Siswa tipe ini berkonsentrasi terhadap apa yang
diingatnya tanpa memperhatikan arti atau memahami materi. Mereka hanya mengejar
ujian namun tidak berminat dengan mata pelajarannya itu sendiri (Enswistle,
1988).
e.
Opennes to experience
- Opennes to experience Adalah dimensi kepribadian yang
membedakan orang yang kreatif dan imanjinatif dengan orang yang sederhana dan
konvensional.
- Orang yang terbuka adalah orang yang secara
intelektual selalu ingin tahu, memiliki aspresiasi terhadap seni, serta
sensitive terhadap keantikan lebih menyadari perasaan à memegang
keyakinan individualistik dan tidak konvensional
- Low Opennes to experience : mempunyai minat yang
sempit dan biasa, sederhana, terus terang, licik, membingungkan, melihat seni
dan ilmu pengetahuan dengan curiga,sulit mengerti usaha keras.
- Orang yang tertutup
- Memilih sesuatu yang sudah dikenal baik dibandingkan
hal yang baru
- Mereka konservatif dan resisten terhadap perubahan
- Opennes berkaitan dengan tanya jawab dan analisis
argumen-argumen
- Berhubungan dengan evaluasi kritis, pencarian
literature, pembuatan hubungan/pendekatan (Blickle, 1996)
- Siswa dengan pendekatan mendalam ingin menemukan arti
yang dalam dari suatu teks. Mereka kritis, logis, dan mdenghubungkan apa yang
mereka pelajari dengan pengetahuan mereka sebelumnya.
2. Model Brigg-Myers (MBTI)
- (Isabel Brigg Myers dan Katharine
C. Briggs) mengembangkan teori berdasarkan teori Carl jung, dia menyimpulkan
terdapat empat cara utama untuk membedakan satu orang dengan orang yang lain.
Dia menyebut perbedaan ini pilihan, yang
menggambarkan suatu persamaan terhadap pilihan
tangan.
- Meskipun kuta semua menggunakan
dua tangan kita, sebagian besardari kita memilih satu diantara tangan yang
lain, dan tangan tersebut memainkan peranan penting dalam banyak aktifitas yang
menggunakan tangan.
- Berikut empat model dimensi
kepribadian “Big four” :
a.
Extraversion (E) versus
Introversion (I)
- Individu intovert :
- Menemukan tenaga di dalam ide, konsep, dan abstraksi
- Dapat bersosialisasi tetapi mereka butuh ketenangan untuk
mengisi tenaga mereka
- Memahami dunia
- Pemikir reflektif dan konsentraktor. Mereka menganggap
tidak ada kesan tanpa refleksi
-
Individu ekstrovert :
- Menemukan energi pada orang dan benda-benda
- Perlu berinteraksi dengan orang lain,dan berorientasi pada
tindakan
- Tidak ada kesan tanpa ekspresi
- Siswa belajar dengan menjelaskan pada orang lain.
Merekamenikmati bekerja dalam kelompok, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
b.
Sensing (S) versus Intuition (N)
- Sebagian dari kita ada yang menggunakan lima panca
indera, ettapi ada juga yang menggunakan indera keenam dalam mencari informasi.
- Orang sensing :
- Berorientasi pada detail
- Menginginkan fakta
- Mempercayai
- Siswa sensing memilih pelajaran yang terorganisir,
linier, terstuktur
- Orang Intuitif :
- Mencari pola dan fakta-fakta yang diperoleh
- Percaya pada intuisi dan firasat mereka
- Contoh : Albert Einstein
- Siswa intuitif menyukai pendekatan belajar discovery
- Siswa sensing dan intuitif dapat digabung secara
kelompok, sehingga mereka dapat menemukan prinsip-prinsip umum. Siswa sensing
dapat menemukan teori sedangkan siswa intuitif dapat membantu mengidentifikasi
dan menyusun fakta-fakta dalam percobaan
- Siswa intuitif dan siswa sensing harus mempunyai gambaran
besar dalam memahami pelajaran yang saling berhubungan dan dapat mengembangkan
peta-peta konsep secara rasional.
c.
Thingking (T) versus Feeling (F)
- Sebagian dari
kita memutuskan sesuatu secara impersonal pada logika, prinsip dan analisis ada
lagi yang memusatkan pada nilai-nilai kemausiaan.
- Siswa thingking
:
- menghargai kebebasan
- Membuat keputusan dengan mempertimbangkan kriteria objektif, logika
dan situasi
- Menyukai tujuan pembelajaran atau topik yang jelas
- Siswa Feeling :
- Menghargai harmoni
- Memusatkan nilai-nilai dan kebutuhan manusia dalam
membuat keputusan
- Menyukai bekerja dalam kelompok
- Mereka pandai
dalam persuasi dan memfasilitasi perbedaan diantara anggota kelompok
d.
Judging (J0 dan Perceptive (P)
- Sebagian dari kita suka menunda pekerjaan dan mencari
lebih banyak informasi atau data.
- Individu Judging : optimis, penuh rencana, mengatur
diri, fokus dalam menyelesaikan tugas, hanya ingin mengetahui esensi, bertindak
cepat. Mereka menganggap deadline sangat penting dalam tugas mereka.
- Siswa Judging sering menutup cepat ketika menganalisis
kasus.
- Individu Perceptive : selalu inign tahu, dapat
menyesuaikan diri, spontan, tidak seperti judging orang perceptive lebih
longgar dalam hal tugas.
- Siswa perceptive sering menunda suatu tugas sampai
menit-menit terakhir.
- Merekatidak malas akan ettapi mereka mencari informasi
di saat-saat etrakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar