Malam ini begitu dingin, menyerbu
seluruh penjuru bumi untuk saling mencari kehangatan. Mencoba menghela nafas,
memenjamkan mata dan membuka perlahan. Tulisan-tulisan yang dulu pernah
tersketsakan oleh sebuah masa lalu. Membuka secara perlahan lembar demi lembar,
dan kutemukan sebuah melodi rapi tentang hal itu. Mengulangi kembali,
perjalanan yang sempat tehenti mecoba kembali merasakan bagaimana berbagi.
Ingin kutuliskan sebuah kisah
bernada tinggi (menurutku), untuk sebuah pengalaman pribadi. Membuka lembaran
baru, kucoba tulis apa yang sedang ada dalam jalan fikiranku. Mengeja satu dua
huruf merangkai tiga empat kata dan menjadikannya kalimat yang begitu ritmis
untuk diperbincangkan. Cukup sederhana, bagaimana rangkaian itu membuatku
bersandar pada tepatku berdiri sekarang. Membayangkan dan menggerakkan bola
mataku, untuk mencapai bahasa yang bersinergi dengan simponi kehidupan.
Berbicara tentang sebuah
kehidupan...
Kita bersuara, menyairkan
tingkatan irama untuk memainkan ritme nada. Menghalau sebuah akal mencari titik
temu tentang kehidupan. Tak harus diam, tak harus menatap kosong pada sebuah
bayangan. Cukup berfikir, menyatukan komponen-komponen perca ide yang
berserakan untuk siap disatukan. Mengeluarkan suara untuk memberikan satu
masukan yang masuk akal, bukan hanya dengan bahasa denotasi yang menjelaskan
tapi juga sebuah kata berkonotasi yang harus berfikir puluhan kali demi
pemahaman.
Kita beranjak dan memulai. Kita
melemah dan akhirnya berakhir. Tertawa untuk menertawakan kehidupan. Bermain
untuk sebuah permainan konyol kehidupan. Menangis karena tangisan untuk sebuah
kehidupan. Memberontak karena kehidupan. Kehidupan itu seperti kita memasuki
ruangan, kita melakukan sesuatu hal dan kita pergi meninggalkan ruangan itu
dengan keadaan yang sepi. Awalnya hanya menjelajah dengan jarang sempit,
kemudian melebar menjadi besar lalu tak mampu menahan.
Berteman dengan sebuah
kesenyapan, beradu dengan kesunyian. Membunyikan dentingan jarum jam untuk
sebuah detik-detik kehidupan. Sebenarnya kita sendiri, dilepas sendiri, beradu
akting sendiri, mamainkan skenario sendiri semuanya sendiri bahkan untuk mati
pun kita juga akan sendiri. Meninggalkan kehidupan dengan bahasa kefanaan.
Demikianlah hidup, bersaing untuk
mewarnainya dengan kanvas keindahan. Membaurkan warna demi pelangi kehidupan.
Bersemangat membangun batin untuk melangkah lebih jauh dalam setiap fase demi
fase. Merangkul kembali rasa cinta kepada Tuhan, karena hanya Tuhanlah tujuan
dari segala tujuan. Dimana gemuruh keterasingan melumat perlahan, damaikan jiwa
dan tetap pada kondisi awal. Kita bukan pahlawan yang kuat tiada tandingan,
ataupun malaikat yang penuh dengan kesaktian. Kita hanya makhluk kecil, tak
berdaya, rapuh dan sangat hina dina.
Kehidupan manusia, kehidupan
makhluk semesta. Bertuliskan indah dengan segala rencana-Nya. Jaminan sudah
pasti, tergantung bagaimana kita memainkannya, memahami alurnya dan berjalan
dengan fitrah semestinya. Konsentrasi dengan jalan tegas yang sedang kita
jalani
>> Gadis Ungu Muda #1 (Read More).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar