Terik
matahari mulai meyapu dunia, sinarnya merambat melalui celah-celah kecil
dinding yang terbuat dari bambu yang sudah rapuh. Cahaya hangat menyentuh
dengan lembutnya kulit Tina yang lemut. Sepeda dikayuhnya dengan semangat
mengantarkan dia pergi ke kampus biru.
Sebut
saja Tina seorang gadis yang sudah beranjak dewasa, dia adalah anak dari
pasangan Ibu Nita dan bapak Doni. Hidup berkecukupan membuat Nita harus
bersihkeras untuk membatu orangtuanya mendapatkan uang tambaha. Setiap pagi ia
harus meluncur ke kampus untuk mengantar kue ke kantin, walaupun terpaksa dia
harus datang pagi-pagi padahal jam kuliahnya siang.
Waktu itu, setelah Tina mengantarkan kue ka kantin, ia berhenti sejenak melihat bapak kebun yang sedang sibuk menyapu. Ia pun mendekati bapak tua itu dan menyapanya dengan lembut
“Selamat
pagi Bapak”, sapa Tina.
Bapaknya pun langsung
melihat ke arah tina, dan memberi balasan senyum untuk gadis penjual kue itu.
“Eh neng Tina, pagi-pagi
begini sudajh berangkat, ngantar kue ya neng?”, tanya bapak.
“Oh iya bapak, nanti
kuliah jam 11”, jawab Tina dengan renyahnya.
Tak lama kemudian Tina
duduk di teras aula tepat di sebelah bapak itu melakukan pekerjaannya. Suasana
kampus masih terasa sepi, belum banyak mahasiswa yang hilir mudik untuk masuk
ke kelasnya. Tiba-tiba bapak itu mendekati Tina yang sedang membuka-buka buku
hariannya.
“Neng, boleh bapak duduk
sini”, tanya bapak pada Tina.
“Oh silahkan bapak,
dengan senang hati”, jawab Tina dengan ramahnya.
“Tina, bagaimana kuliahmu lancar?”, awalnya
bapak itu melontarkan pertanyaan tersebut.
“sampai sekarang ini
masih diberi kelancaran bapak ya mohon do’a restunya saja dari bapak”, jawab
Tina dengan senyum hangat.
Namun keadaan menjadi
sunyi ketika wajah Tina menjadi sedih, seketika itu bapak tua menanyai Tina
dengan nada yang khawatir.
“kamu kenapa Tina kok
kelihatannya ada masalah”, tanya bapak tua.
Dengan segera Tina
menyembunyikan wajah pasinya itu dengan senyum dari bibir mungilmya. “Oh tidak
bapak, tidak ada apa-apa kok, hanya sedikit fikiran yang mengganjal saja”.
“kalau tidak keberatan
cerita saja sama bapak, siapa tau bapak bisabantu kamu” jawab bapak dengan
serius.
“mmm...bapak kenapa tuhan
tak pernah memberikan apa yang saya minta”, tanya tina dengan wajah serius.
Bapak itu pun mengerutkan
dahinya dan agak tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh tina.
“maksud kamu gimana? Bisa
lebih diperjelas?”, tanya bapak pada Tina.
“Begini bapak, ketika
saya ingin itu tapi Tuhan memberi ini, ketika saya ingin ini tapi Tuhan memberi
itu, katanya Tuhan Maha Pengabul Do’a, saya sudah rajin berdo’a pada Tuhan,
tapi kenyataannya Tuhan tak pernah memberikan aa yang saya minta”, sahut Tina
dengan wajah menyesal.
Bapak itu hanya bisa
tersenyum mendengarkan celotehan Tina.
“Tina, bukan begitu.
Bukannya Tuhan tidak adil ataupun Tuhan tak mendengar Do’a kita. Tapi yakinlah
apa yang diberi oleh-Nya pada kita itu yang terbaik. Tuhan tau mana yang baik
untuk kita dan mana yang tidak baik untuk kita” jawab Bapak tua itu dengan
sabar,
“Tapi kenapa Tuhan
seperti itu tak pernah memberikan apa yang saya minta” sahut Tina dengan nada
ngeyel.
“Ya seperti apa yang
bapak utarakan tadi, Tuhan memberika yang terbaik utuk kita, mempunyai rencana
yang lebih baik dan kita sebagai manusia hanya bisa berencana ini dan itu tapi
akhirya Tuhanlah yang paling berkuasa Dia yang Maha Menentukan”, jawab bapak.
Tina pun sejenak diam,
menelaah apa yang dikatakan oleh bapak tadi.
“Bapak tau Tina, mungkin
kamu sulit untuk menerima apa yang dikatakan oleh bapak tadi tapi itulah
kenyatannya kita boleh memilih pilihan ini itu tapi tetap satu pilihan Tuahn
untuk kita dan itu yang terbaik” sahut bapak tua.
“Bapak pernah mempunyai
cerita seperti kamu, dulu waktu anak bapak duduk dibangku SMA, dia bingung mau
melanjutkan dimana. Dia sangat antusias untuk masuk ke Universitas Jaya tapi
bapak tau Universitas itu sangat mahal, tapi bapak sebagai orangtua hanya bisa
mendukung dan berdo’a untuk anak bapak, waktu itu anak bapak mengikuti program
beasiswa namun gagal. Kemudian mengikuti program test namun gagal juga, padahal
anak bapak termasuk berprestasi de SMA nya dulu. Anak bapak sempat frustasi
dengan kegagalan itu. Tapi bapak berusaha menghibur dia. Ya dengan memberikan
nasehat seperti kamu tadi, fikirannya sangat mirip denganmu Tina. Kemudian dia
kuliah di salah satu universitas Swasta”. Jelas bapak.
“Trus sekarang anak bapak
dimana? Sudah kerja?” tanya Tina dengan wajah penasaran.
“Alhamdulillah, sekarang
anak bapak sudah bekerja di salah satu perusahaan dengan penghasilan lumayan,
sekarang dia sukses di Jakarta.” Jawab bapak itu dengan senyum.
“Mungkin dengan cerita
bapak tadi kamu jadi lebih paham dengan apa yang bapak maksud tadi” jawab bapak
lagi.
Tina pun tak bisa berkata
apa-apa lagi, mungkin dia sekarang sudah tau apa yang dimaksud bapak tadi. Tak
alam kemudian dia beranjak dan meminta izin kepada bapak tua itu untuk pergi ke
kelas. Ucapan terima kasihpun tak lupa ia lontarkan pada bapak tua itu.
“Bapak terima kasih
banyak, atas semua nasehat bapak tadi.” Sahut Tina dengan senyum
Bapak itupun memebalas
dengan senyuman Tina, dan ia pun melanjutkan pekerjaannya. Tina pun pergi
meninggalkan bapak itu.
Di kelas Tina...
Sejenak Tina mencoba
memikirkan apa yang telah didapatkan dari bapak tadi. Tak lupa laptop berwarna
putih itu ia keluarkan dan memulai memikirkannya.
Apiph.... :-)
BalasHapus